Lika-liku Tugas Akhir :D

Mengerjakan tugas akhir buat aku adalah hal yang menyenangkan dan mengasikkan sekaligus hal yang menguras perasaan, pikiran, energi, waktu dan biaya. Memang diciptakan sebagai ujian naik tingkat sepertinya. Permasalahan biasanya datang dari berbagai pihak, dari diri sendiri, orang tua, dosen, pihak administrasi, bahkan sekarang ditambah lagi dengan pihak penerbit jurnal.

Masalah dari diri sendiri selalu terkait dengan manajemen waktu dan tingkat kerajinan. Aku sadar aku tidak mahir dalam hal ini, termasuk kategori yang biasa saja. Tingkat kerajinan juga sangat fluktuatif, tergantung kepada gaya tekan atau gaya dorong sehingga menghasilkan gerak yang dipercepat tidak beraturan (*ngawur). Orang tua biasanya menjadi motivator paling besar, tapi terkadang juga memberikan tingkat stress yang paling tinggi. Tidak lain dan tidak bukan untuk segera lulus. Tapi seringkali kondisi di lapangan tidak seindah yang orangtua bayangkan. Mobilitas dosen yang sulit ditemui; mencocokkan jadwal antara dosen-dosen, dosen-mahasiswa, acara dengan ruangan; faktor di luar sistem IPB seperti submit jurnal. Peretelan tersebut biasanya sulit dipahami orangtua, dan sebagai anak, hanya bisa menjelaskan lagi dan lagi dengan bahasa yang dikemas lembut dan tenang. Padahal sebenarnya diri sendiri juga udah gereget dan setelah komunikasi sama ortu berakhir, nangis Bombay dech di kamar. Hahay..

Hubungan dengaan dosen juga menorehkan sekelumit kisah menarik. Tidak hanya dosen pembimbing, menyelesaikan tugas akhir juga berhubungan dengan dosen evaluator saat kolokium dan seminar, dosen penguji saat ujian sidang, dan tentunya ketua departemen. Luar biasanya, dosen-dosen di kampusku tercinta memiliki peran atau tugas ganda yang penting dan berprioritas tinggi. Oleh karenanya, bolak balik ke luar negeri, ke luar pulau, atau ke luar kota menjadi hal yang lazim. Apalah daya mahasiswa seperti aku ini, jika beliau-beliau tidak di tempat, yang aku bisa lakukan berarti ya menunggu dengan koreksi tulisan berputar-putar disitu *nyengir. Namun, dibaliksemua itu, aku bangga dan kagum kepada beliau-beliau, satu satunya seperti yang aku paparkan dalam tulisan berjudul “I do love him”. Haha..

Hal berikutnya terkait penyelesaian tugas akhir adalah administrasi. Kalo ga pinter manage perasaan dan ngatur strategi, siap-siaplah makan ati, hihi. Aku bisa katakan bahwa penyelesaian tugas akhir pasca sarjana di kampus keren ini memang ribet. Segala proses yang berhubungan dengan pengajuan atau permohonan umumnya diberi waktu satu minggu. Oleh karenanya jika akan melakukan kegiatan, sebut saja kolokium, maka minimal harus diajukan seminggu sebelumnya. Tidak ada yang salah, justru hal ini baik untuk kematangan persiapan. Namun jika dosen yang siper sibuk mengajukan dadakan dan alternative waktunya entah kapan, what should we do?  Jawabannya pake jurus sakti. Jurus ini dilengkapi dengan surat sakti dari ketua departemen yang bisa disetujui atau tidak. Bagusnya sih setiap mahasiswa diperlakukan sama. You know what I mean lah.. Dan satu hal yang mungkin bisa jadi saran untuk almamater-ku yang membanggakan ini adalah, ruangan dan segala tek-tek bengek pelaksanaan kegiatan penyelesaian tugas akhir sebaiknya dikoordinir oleh kampus atau departemen. Fakta yang terjadi adalah sebaliknya, mahasiswa harus memeriksa dan menyiapkan kesiapan ruangan, konsumsi, LCD, surat undangan dan lain sebagainya. Padahal dengan materi yang akan dipresentasikan saja sudah cukup membuat kepala nguing-nguing. Strategi yang dapat dilakukan adalah “manfaatkan teman”. Hahaha.. bersyukurkan wahai kamu-kamu yang memiliki teman dengan jiwa sosial tinggi 😀

Satu tambahan penting yang kudu dibahas adalah terkait dengan kewajiban menulis jurnal. Berdasarkan term tertentu mahasiswa dikenakan syarat yang berbeda, lebih awal selesai, lebih mudah syarat. Sampai dengan bulan juli 2013, mahasiswa dikenakan syarat submit, dimulai agustus sampai dengan Desember 2013 syaratnya meningkat menjadi review, dan lepas tanggal tersebut menjadi publish. Semuanya dilakukan di lembaga jurnal terakreditasi nasional untuk S2 dan jurnal internasional untuk S3. Fiuhhh.. Ini persyaratan yang membuat banyak mahasiswa kelabakan. Pasalnya, ketika mahasiswa sudah menyelesaikan tugas akhir pun, jika belum memenuhi syarat tersebut, Surat Keterangan Lulus atau Ijazahnya tetap tidak akan diterbitkan, Huhuhu.. Kebijakan ini sepertinya harus ditinjau lebih jauh. Pemerintah yang mengeluarkan syarat jurnal harus menentukan sikap, sistem kelulusan ini akan berkiblat kemana? Sistem course seperti US, ataukah research seperti Jepang. Tapi tidak mengkolaborasikan keduanya, itu terlalu superrr dan bikin kelengerr 😀

Saat ini, aku cukup galau karena menunggu “lagi” revisi dari dosen yang “entah kapan” selesai. Aku tidak bisa memaksa karena dosen tentu memiliki hak prerogative. Anyway, apapun dan bagaimanapun prosesnya, semua adalah pembelajaran yang sangat bermakna. Well, Tugas akhir adalah kolaborasi antara kerja keras, kerja cerdas, doa, dan tawakal. Aku bersyukur telah sampai ke tahap ini. Mari tetap bersemangat dan berfikir positif. Ganbaruu ^^

Leave a comment